Definisi & Pengukuran Risiko Sistematis dan Risiko Tidak Sistematis

Risiko Sistematis dan Risiko Tidak Sistematis

EDUSAHAM.COM — Dalam dunia investasi; apakah instrumen saham, reksadana, deposito, atau lainnya, tidak akan terlepas dari risiko. Sebagai investor, jangan hanya tahu “untung” saja, tapi pahami juga “risiko” dari investasi tersebut. Risiko sistematis dan risiko tidak sistematis merupakan dua hal yang pasti akan Anda temui terutama dalam dunia investasi atau bisnis. Apa itu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis? Apa perbedaan di antara keduanya? Bagaimana hubungannya dengan diversifikasi?

Pengertian Risiko Sistematis dan Risiko Tidak Sistematis

Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi atau pengertian risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Dari pengertian atau definisi tersebut, nantinya Anda akan menemukan di mana perbedaan antara kedua risiko investasi tersebut.

A. Risiko Sistematis (Systematic Risk)

Risiko sistematis atau systematic risk adalah suatu jenis risiko yang bersifat eksternal atau tidak dapat dikendalikan oleh suatu korporasi (perusahaan). Dengan kata lain, risiko ini disebut juga sebagai risiko pasar (market risk). Nah, dalam dunia bisnis atau investasi, risiko sistematis pasti akan Anda ditemui. Apa contoh risiko sistematik? Misalnya, risiko suku bunga, nilai kurs, inflasi, gejolak pasar global, dan sejenisnya.

Tentu saja, risiko semacam ini tidak dapat dikontrol dan tidak dapat dihindari oleh perusahaan. Lalu, apa yang mesti dilakukan oleh perusahaan? Ya, perusahaan harus bisa mendeteksi dan melakukan antisipasi terhadap risiko tersebut sehingga perusahaan dapat meminimalkan efek negatif yang ditimbulkan oleh risiko pasar tersebut.

B. Risiko Tidak Sistematis (Unsystematic Risk)

Risiko tidak sistematis atau unsystematic risk adalah suatu jenis risiko yang bersifat internal atau dapat dikendalikan oleh suatu korporasi (perusahaan). Dengan kata lain, risiko ini sepenuhnya berasal dari dalam perusahaan. Apa contoh risiko tidak sistematik? Misalnya, penurunan penjualan, korupsi manajemen, hingga kebangkrutan.

Risiko non sistematis ini sangat bertumpu pada fundamental perusahaan, atau cara manajemen mengelola perusahaan. Semakin baik tata kelola perusahaan, maka semakin kecil terjadinya risiko tidak sistematis. Jika perusahaan ingin menarik banyak investor untuk menanamkan modalnya, maka perusahaan harus memiliki fundamental yang bagus.

Cara Mengatasi Risiko Sistematis dan Risiko Tidak Sistematis

Nah, setelah Anda memahami definisi dari risiko sistematis dan risiko tidak sistematis, berikut langkah-langkah atau cara mengatasi kedua risiko tersebut.

A. Mengatasi Risiko Sistematis

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa perusahaan tidak dapat mengelak dari risiko sistematis. Satu-satunya jalan dan cara mengatasi risiko sistematis (systematic risk) tersebut yaitu dengan menghadapinya. Maksudnya? Perusahaan harus mampu mendeteksi terjadinya risiko tersebut, kemudian membuat strategi bagaimana bisa meminimalkan agar tidak terjadi efek negatif yang terlalu besar dari dampak risiko tersebut.

Itu dari sudut pandang perusahaan, beda hal jika dilihat dari perspektif investor. Bagaimana cara investor mengatasi risiko sistematis? Lakukan diversifikasi! Sebagai contoh, sebagai investor saham, Anda jangan hanya terpaku untuk berinvestasi pada satu perusahaan atau satu sektor industri saja, misalnya Anda berinvestasi pada perusahaan Perbankan saja. Jangan seperti itu.

Nah, sebagai langkah preventif untuk mencegah dan meminimalkan risiko sistematis, Anda mestinya membagi portofolio dengan membeli saham di perusahaan dengan sektor industri yang berbeda (tidak sejenis), misalnya di industri pertanian, barang konsumsi, dan lainnya. Dengan demikian, jika terjadi risiko sistematis yang berimbas pada sektor perbankan, maka Anda masih memiliki portofolio investasi di sektor pertanian dan sebagainya.

Selain itu, Anda juga bisa misalnya melakukan diversifikasi pada instrumen investasi yang berbeda. Misalnya, Anda sekarang berinvestasi di instrumen saham. Untuk meminimalkan risiko investasi, Anda juga bisa berinvestasi di instrumen deposito atau obligasi. Jika terjadi kerugian pada investasi di instrumen saham, Anda masih memiliki portofolio investasi di instrumen lainnya yang mungkin menguntungkan, sehingga kerugian di instrumen saham dapat di-cover.

B. Mengatasi Risiko Tidak Sistematis

Dalam melakukan pencegahan terhadap risiko investasi, sebenarnya lebih mudah untuk mencegah terjadinya risiko tidak sistematis. Kenapa? Ya, karena itu bersifat internal dan dapat dikontrol sepenuhnya oleh perusahaan. Dari sisi perusahaan sendiri, cara mengatasi risiko tidak sistematis (unsystematic risk) ini yaitu dengan meningkatkan kinerja perusahaan. Itu satu-satunya jalan, seperti mengimplementasikan GCG (Good Corporate Governance).

Dari sudut pandang investor, cara mengatasi risiko sistematis dan risiko tidak sistematis hampir sama, yaitu dengan melakukan diversifikasi. Namun, jika Anda sebagai investor jeli dan mampu menganalisis kinerja suatu perusahaan dengan baik, Anda pasti tidak akan terjebak dengan risiko tidak sistematis tersebut.

Risiko Sistematis dan Risiko Tidak Sistematis

Pengukuran dan Rumus Mencari Risiko Sistematis

Sebagai investor saham, misalnya. Salah satu cara yang paling umum dilakukan sebagai alat ukur risiko sistematis yaitu dengan menggunakan beta saham.

Rumus Risiko Sistematik = Beta (β)

Dalam penilaian beta, dapat dibagi menjadi tiga kondisi, yaitu ketika nilai beta = 1 (sama dengan 1), ketika nilai beta > 1 (besar dari 1), dan ketika nilai beta < 1 (kecil dari 1). Apa arti dari ketiga kondisi tersebut?

A. Nilai Beta (β) = 1

Jika Anda mendapati nilai beta suatu perusahaan sama dengan 1, maka tingkat keuntungan dan kerugian saham sama dengan nilai keuntungan dan kerugian pasar. Misalnya, saham PT ABC memiliki nilai beta = 1. Ketika nilai pasar saham turun sebesar 1 satuan, maka nilai saham perusahaan juga turun sebesar 1 satuan. Begitu juga dengan kenaikan nilai saham yang sama dengan kenaikan nilai pasar.

B. Nilai Beta (β) > 1

Jika Anda mendapati nilai beta suatu perusahaan lebih besar dari 1, maka tingkat keuntungan dan kerugian saham lebih besar dari nilai keuntungan dan kerugian pasar. Misalnya, saham PT ABC memiliki nilai beta > 1. Ketika nilai pasar saham turun sebesar 1 satuan, maka nilai saham perusahaan turun lebih besar dari satu satuan. Begitu juga dengan kenaikan nilai saham yang lebih besar dari kenaikan nilai pasar.

C. Nilai Beta (β) < 1

Jika Anda mendapati nilai beta suatu perusahaan lebih kecil dari 1, maka tingkat keuntungan dan kerugian saham lebih kecil dari nilai keuntungan dan kerugian pasar. Misalnya, saham PT ABC memiliki nilai beta < 1. Ketika nilai pasar saham turun sebesar 2 satuan, maka nilai saham perusahaan turun lebih kecil dari dua satuan. Begitu juga dengan kenaikan nilai saham yang lebih kecil dari kenaikan nilai pasar.

Bagaimana Hubungan Systematic Risk dan Unsystematic Risk dengan Diversifikasi?

Sebelumnya juga telah kami jelaskan mengenai hubungan risiko sistematik dan risiko tidak sistematik dengan diversifikasi. Intinya adalah bahwa Anda harus memahami apa penyebab risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Dengan demikian, Anda pasti akan tahu seperti apa hubungan antara diversifikasi dan risiko investasi tersebut.

Well, itulah penjelasan lengkap mengenai risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Apa kesimpulan yang bisa Anda ambil? Ya, dalam melakukan investasi di instrumen apa pun, sudah semestinya Anda juga memahami apa risiko yang muncul dari aktivitas investasi tersebut. Dengan demikian, Anda akan melakukan analisis dengan baik agar bisa memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kerugian. Ingat, hidup ini tidak bisa terlepas dari risiko. Begitu juga dengan investasi. Tidak ada investasi tanpa risiko.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HTML Snippets Powered By : XYZScripts.com