EDUSAHAM.COM — Mungkin Anda pernah mendengar fenomena financial distress, bukan? Ya, financial distress merupakan salah satu hal yang dihindari oleh semua perusahaan. Kenapa? Karena itu termasuk masalah yang dapat mengancam bisnis perusahaan. Sebenarnya, apa pengertian financial distress? Nah, di sini, tim edusaham telah menyediakan materi tentang financial distress secara lengkap.
Tidak hanya tentang pengertian saja, tetapi juga membahas tentang jenis-jenis financial distress, tingkat keparahannya, faktor yang menyebabkannya, hingga cara mengatasinya. Oleh karena itu, pastikan Anda membaca dan memahami artikel ini dengan baik, ya.
Pengertian Financial Distress
Apa itu financial distress? Secara umum, pengertian financial distress adalah suatu fenomena yang menunjukkan tren penurunan kinerja keuangan suatu perusahaan. Biasanya, financial distress merupakan tahap awal sebelum terjadinya kebangkrutan.
Sedangkan menurut para ahli, seperti Brigham & Daves, pengertian financial distress adalah suatu kondisi kesulitan keuangan yang dimulai ketika perusahaan tidak mampu membayar kewajiban (utang) yang jatuh tempo. Darsono & Ashari juga menyatakan bahwa financial distress adalah suatu fenomena di mana perusahaan tidak sanggup lagi membayar utang sehingga hal inilah yang menyebabkan terjadi kebangkrutan.
Apa indikator financial distress menurut para ahli? Menurut Brahmana (2007), indikator financial distress yaitu seperti adanya angka negatif yang terdapat pada laporan laba operasi, laba bersih, dan nilai buku ekuitas. Selain itu, indikator lainnya juga dapat dilihat dari adanya kegiatan merger yang dilakukan oleh perusahaan.
Dalam pandangan fenomena financial distress ini, Hanifah (2013) juga menyatakan bahwa indikator financial distress adalah di mana suatu perusahaan sedang mengalami tren kesulitan likuiditas, yang dapat dilihat dari ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya (utang).
Umumnya, corporate financial distress dapat dilihat dari tiga dimensi proses, yaitu time frame, financial distress, dan process stages. Proses terjadinya financial distress biasanya diawali dengan terjadinya penurunan kinerja keuangan hingga mencapai titik terendah. Jika perusahaan mampu bertransisi dan memperbaiki kinerjanya, maka terjadi tahap pemuliha.
Baca juga: Pengertian Good Corporate Goverance (GCG)
Namun, ketika suatu perusahaan mengalami fenomena kesulitan keuangan, kemudian dalam perjalanannya tidak mampu melakukan transisi ke arah pemulihan, maka perusahaan akan melanjutkan tren kesulitan keuangan yang lebih buruk. Jika kesulitan keuangan tersebut berlanjut hingga mencapai suatu titik tertentu, maka perusahaan akan mengalami kebangkrutan.
Jenis-Jenis Financial Distress
Sesuai dengan teori dan pengertian financial distress, maka ada beberapa jenis financial distress yang juga diungkapkan oleh para ahli, seperti halnya Brigham dan Gapensi (1993), yaitu sebagai berikut.
1. Kegagalan Ekonomi (Economic Failure)
Apa yang dimaksud dengan kegagalan ekonomi? Hal ini dapat terkait dengan kondisi di mana pendapatan perusahaan (revenue) tidak dapat menutupi semua beban/biaya yang terjadi, termasuk biaya modal. Dengan kata lain, perolehan laba yang dihasilkan perusahaan tidak tidak mampu menutup biaya modal (laba < biaya modal). Keadaan seperti ini akan membaik asalkan ada investor yang tertarik untuk menambah jumlah modal dan mau menerima return di bawah harga pasar.
2. Kegagalan Bisnis (Business Failure)
Apa yang dimaksud dengan kegagalan bisnis? Hal ini dapat berkaitan dengan proses di mana bisnis perusahaan tidak lagi memiliki prospek yang profitable sehingga berdampak terhadap value perusahaan. Ketika perusahaan dianggap memiliki bisnis yang gagal, maka perusahaan akan kelihatan kreditur, pelanggan, hingga kehilangan bisnis itu sendiri (berhenti menjalankan kegiatan operasional).
3. Kegagalan Keuangan (Financial Failure)
Apa yang dimaksud dengan pengertian kegagalan keuangan? Hal ini dapat diartikan sebagai suatu fenomena di mana perusahaan tidak sanggup membayar kewajiban jangka pendek (current liabilities) atau tidak mampu melunasi utang dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Biasanya, tahapan inilah yang menjadi fokus utama financial distress dan disebut juga sebagai insolvency.
Dalam fenomena financial distress, insolvency dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu technical insolvency dan bankruptcy insolvency.
1. Technical Insolvency
Maksud dari technical insolvency ini yaitu di mana perusahaan mengalami masalah pada arus kas untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Masalah “teknik” seperti ini biasanya hanya bersifat sementara asalkan perusahaan mau dan mampu melakukan transisi pemulihan dengan baik.
2. Bankruptcy Insolvensy
Jika technical insolvency merupakan masalah yang bersifat sementara, maka berbeda dengan bankruptcy insolvency yang mana ini merupakan masalah yang lebih serius. Maksudnya? Hal ini terjadi ketika total nilai utang perusahaan sudah melebihi total modal perusahaan sehingga terjadi selisih negatif.
Kategori dan Tingkatan Financial Distress
researchgate.net |
Sesuai dengan pengertian financial distress, maka yang dimaksud financial distress adalah kondisi kesulitan keuangan yang dialami perusahaan. Nah, ternyata, fenomena kesulitan keuangan ini terdiri dari beberapa indikator atau tingkat keparahan. Menurut Fahmi (2001), ada empat (4) kategori atau tingkatan financial distress, yaitu sebagai berikut.
1. Kategori A
Inilah kondisi financial distress yang paling tinggi, dengan kata lain sudah sangat berbahaya. Dalam fenomena ini, perusahaan berpotensi mengalami tingkat keparahan keuangan yang paling buruk sehingga dapat menyebabkan kebangkrutan. Jika situasi ini terjadi, maka memungkinkan perusahaan untuk melaporkan atau menyerahkan pelbagai urusan kepada pengadilan dalam rangka penyampaian pernyataan pailit.
2. Kategori B
Dalam kondisi ini, perusahaan masih bisa melakukan sesuatu untuk menyelamatkan keuangan dan aset perusahaan, seperti dengan melakukan penjualan beberapa aset atau mempertahankan beberapa di antaranya.
Kondisi financial distress untuk tingkatan ini masih memungkinkan perusahaan untuk berpikir melakukan merger dan akuisisi untuk menyelamatkan perusahaan. Dampak yang dihasilkan dari fenomena ini yaitu terjadinya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) hingga pensiun dini bagi karyawan dengan kinerja yang menurun.
3. Kategori C
Untuk kondisi finansial distress kategori C, masih memungkinkan perusahaan untuk menyelamatkan diri atau melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Selain itu, perusahaan juga dapat melakukan perombakan manajemen, seperti merekrut karyawan yang lebih berkualitas untuk ditempatkan di posisi yang strategis sehingga diharapkan mampu meningkatkan performa perusahaan.
4. Kategori D
Inilah tingkat financial distress yang paling rendah. Jika perusahaan mengalami financial distress pada tingkatan ini, maka kesulitan keuangan yang terjadi hanya dianggap fluktuasi bisnis saja yang bersifat sementara. Di tahap ini, perusahaan memiliki kesempatan yang jauh lebih besar untuk mengatasi segala risiko bisnis.
Faktor yang Memengaruhi Financial Distress
Fenomena financial distress bisa menjadi suatu hal yang mengkhawatirkan bagi perusahaan. Jika perusahaan tidak mampu memahami persoalan dengan baik, maka bukan tidak mungkin terjadi kondisi yang semakin parah. Sebenarnya, apa sih faktor yang memengaruhi financial distress? Berbicara mengenai pengaruh financial distress, maka itu bisa dikaitkan dengan penyebab terjadinya financial distress.
Dalam beberapa kasus, banyak sekali faktor penyebab terjadinya financial distress. Misalnya, perencanaan bisnis yang buruk, permasalahan pada arus kas, struktur modal yang tidak memadai, dan nominal utang yang besar. Untuk lebih jelas, berikut penjabaran faktor yang menjadi pengaruh dan penyebab terjadinya financial distress.
Faktor Penyebab Financial Distress
Berikut ini ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebab terjadinya financial distress, sebagai berikut.
1. Perencanaan Bisnis yang Buruk
Suatu perusahaan dengan perencanaan bisnis yang tidak terstruktur, sama saja seperti membawa perusahaan ke jurang. Jadi, bukan hal yang mustahil jika terjadi financial distress. Perusahaan seperti ini cenderung tidak mampu menghadapi masalah dan mengatasi risiko bisnis, baik yang berasal dari internal maupun eksternal. Hal ini juga yang memungkinkan perusahaan sulit memperoleh laba dan cenderung merugi.
2. Permasalahan pada Arus Kas
Arus kas yang bermasalah dapat memicu financial distress. Hal ini terjadi ketika pendapatan yang diperoleh perusahaan tidak mampu menutupi semua biaya atau beban usaha yang timbul dari kegiatan bisnis tersebut. Permasalahan ini juga memberi suatu pengertian bahwa manajemen perusahaan tidak mampu mengelola perusahaan dengan baik.
3. Struktur Modal Tidak Memadai
Salah satu faktor penyebab financial distress lainnya yaitu struktur modal perusahaan yang tidak memadai. Sebagaimana yang diketahui bahwa untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan, maka dibutuhkan struktur modal yang cukup.
4. Utang yang Membengkak
Seperti yang telah dibahas sebelumnya pada bab pengertian financial distress, maka yang menjadi salah satu penyebab terjadinya kesulitan keuangan yaitu adanya utang yang tidak terkendali (membengkak). Apalagi jika perusahaan tidak memiliki kinerja yang baik, tentu saja potensi ketidakmampuan membayar utang semakin besar. Dampak buruknya, kreditur bisa menyita seluruh aset perusahaan.
Cara Mengatasi Financial Distress
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan perusahaan untuk mengatasi kesulitan keuangan, yaitu sebagai berikut.
1. Restrukturisasi Utang
Inilah cara mengatasi financial distress yang pertama. Apa yang dimaksud dengan restrukturisasi utang? Secara umum, pengertian restrukturisasi utang adalah suatu kondisi di mana adanya keringanan dalam pelunasan utang dibandingkan dengan pembayaran sebelumnya.
Biasanya, hal ini harus sesuai dengan konsesi kreditur. Apa tujuan restrukturisasi utang? Ya, untuk memberikan tenggang waktu kepada debitur untuk memperbaiki kondisi keuangannya.
2. Reorganisasi Perusahaan
Salah satu cara mengatasi financial distress lainnya yaitu dengan melakukan reorganisasi perusahaan. Maksudnya, perusahaan melakukan perbaikan terhadap manajemennya. Bagaimana pun juga, kinerja perusahaan sangat bergantung pada semua karyawannya. Jadi, dengan melakukan perombakan karyawan, diharapkan mampu meningkatkan kinerja perusahaan sehingga bisa mengatasi financial distress.
3. Menjual Sejumlah Aset
Ketika terjadi kesulitan keuangan, maka perusahaan tentu saja membutuhkan sejumlah dana untuk memperbaiki kesulitan tersebut. Nah, salah satunya yaitu dengan menjual beberapa aset perusahaan dalam rangka menutupi semua biaya yang terjadi. Namun, ada baiknya bagi perusahaan untuk melakukan analisis terlebih dahulu dan menghitung risiko jika menjual aset.
4. Merger
Inilah alternatif lain untuk mengatasi financial distress, yaitu melakukan penggabungan usaha dengan perusahaan lain. Meskipun begitu, pastikan juga bahwa perusahaan yang akan diajak merger adalah perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. Jangan juga memilih perusahaan yang sama-sama bermasalah dari sisi kesehatan keuangan. Dengan kata lain, lakukan merger yang tepat sasaran.
Simpulan tentang Financial Distress
Pada dasarnya, financial distress merupakan fenomena yang biasa terjadi dalam suatu bisnis. Benar, ini merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi perusahaan. Cara terbaik untuk mengatasi kondisi ini yaitu dengan meningkatkan kinerja perusahaan. Itu intinya. Perusahaan dengan kinerja yang baik, tentu saja akan menjadi perusahaan yang profitable.
Meskipun begitu, ada kalanya bisnis tidak sejalan dengan perencanaan. Ada faktor-faktor eksternal yang mungkin saja berdampak negatif pada perusahaan. Namun, mengantisipasi lebih dini adalah solusi untuk mencegah tingkat keparahan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, tetap saja, perusahaan dituntut untuk bisa mendeteksi dan melakukan analisis risiko bisnis dengan baik.
Well, itulah penjelasan dan materi lengkap tentang financial distress, mulai dari pengertian financial distress, jenis-jenis financial distress, kategori & tingkatan financial distress, penyebab dan faktor yang memengaruhi financial distress, hingga cara mengatasi financial distress. Semoga informasi ini dapat bermanfaat untuk Anda semua dan menjawab semua pertanyaan tentang financial distress. Sekian, terima kasih, dan jangan lupa share artikel ini, ya.